Terangkai kata-kata pujangga
Melantun alunan cinta
Bunga-bunga bersemi kembali
Di dalam hatiku
Yang ingin ku persembahkan untukmu
Semakin lama ku menahan
Semakin dalam rasa cintaku
Aku tak dapat dustai hati
Bahwa aku mencintaimu
Kasih,
Tidakkah kau merasakan
Betapa besarnya cintaku
Yang ku hadirkan untukmu
Aku harap,
Engkau selalu hadir
Di setiap saatku
Aku harap,
Cinta ini akan terus abadi
Seumur hayatku
Dan aku harap
Kau akan menerima cintaku
Setulus hatimu
Hingga ku menutup mata
Blog ini saya buat untuk teman-teman semua yang mencintai sastra, khususnya puisi. Dan jika ada hal yang menyinggung atau tak menyenangkan hati, secara pribadi saya minta maaf. Kritik dan saran, sangat saya tunggu di sobari_muhamad@rocketmail.com
Sabtu, 03 Oktober 2009
BULAN
Sejak pertama
Mendengarkan suaranya
Menatap matanya
Dan memandang wajahnya
Siapakah gerangan
Sang bidadarikah
Atau hanya khayalan
Ada apa denganku
Ku melamun saat ku berjalan
Ku tersenyum saat ku terlelap
Apakah ini cinta
Atau mungkin hanya mimpi
Ah,
Aku tak tahu
Yang ku rasakan saat ini
Sebuah kedamaian
Dan sebuah kebahagiaan
Yang sekarang singgah di hatiku
Wahai sang bulan
Sampaikanlah sejuta ciuman dariku
Kepadanya
Yang ada di surga cinta
Mendengarkan suaranya
Menatap matanya
Dan memandang wajahnya
Siapakah gerangan
Sang bidadarikah
Atau hanya khayalan
Ada apa denganku
Ku melamun saat ku berjalan
Ku tersenyum saat ku terlelap
Apakah ini cinta
Atau mungkin hanya mimpi
Ah,
Aku tak tahu
Yang ku rasakan saat ini
Sebuah kedamaian
Dan sebuah kebahagiaan
Yang sekarang singgah di hatiku
Wahai sang bulan
Sampaikanlah sejuta ciuman dariku
Kepadanya
Yang ada di surga cinta
Kamis, 01 Oktober 2009
MENANTI
Ketika sang mentari pulang
Burungpun kembali ke kandang
Kuning keemasan diawan
Petanda petang telah datang
Kenangan lamapun telah datang
Bersama orang yang kini menghilang
Yang telah jauh meninggalkanku terbang
Disaat petang datang diam-diam
Ketika ku sadari
Ada malaikat pencabut nyawa
Datang membayang
Saat ku terdiam menanti untuk mati
Menatap mentari senja yang mulai hilang
Walau tak seindah ucapan para pujangga
Namun ini bersih tanpa nista
Dari dalam palung yang penuh warna
Yakinlah hidup tak ada duanya
Bersumpahlah kau
Akan kuasa Illahi
Yang Maha Berkehendak
Kapanpun, dimanapun Ia mau
Burungpun kembali ke kandang
Kuning keemasan diawan
Petanda petang telah datang
Kenangan lamapun telah datang
Bersama orang yang kini menghilang
Yang telah jauh meninggalkanku terbang
Disaat petang datang diam-diam
Ketika ku sadari
Ada malaikat pencabut nyawa
Datang membayang
Saat ku terdiam menanti untuk mati
Menatap mentari senja yang mulai hilang
Walau tak seindah ucapan para pujangga
Namun ini bersih tanpa nista
Dari dalam palung yang penuh warna
Yakinlah hidup tak ada duanya
Bersumpahlah kau
Akan kuasa Illahi
Yang Maha Berkehendak
Kapanpun, dimanapun Ia mau
Langganan:
Postingan (Atom)